Di sepanjang sungai ini banyak tumbuh pohon Pudak dan Natau yang daunnya berduri mirip pohon nanas yang panjangnya bisa puluhan meter. Masyarakat desa ini memanfaatkan daun tersebut untuk membuat tikar. Sedangkan buahnya yang mirip kelapa sawit sering dikonsumsi anak-anak disepanjang sungai tersebut.
Sungai Duri juga di kenal dengan nama Pak Pu Jan (Pak Bu Jan) bagi masyarakat Tionghoa. Menurut Phak Moi (seorang warga tua di Sungai Duri) bahwa nama tersebut kemungkinan berasal dari Fu Jan, seorang imigran dari Cina daratan yang merantau dan membuka desa ini. Masyakat disini meyakini kalau Fu Jan adalah orang pertama yang memasuki wilayah ini.
Fu Jan melihat bahwa desa ini mempunyai prospek ekonomi yang bagus sehingga ia berniat mengembangkannya. Mulailah dia membuka dagang toko sembako yang kemudian menarik warga lain untuk datang dan tinggal di desa ini. Dengan semakin banyaknya warga lain menetap disini, usaha Fu Jan berkembang pesat. Dengan kondisi ekonomi yang mencukupi, namun Fu Jan tetap hidup membujang.
Karena terus membujang, lama kelamaan warga setempat memanggil Fu Jan dengan sebutan Pak Bujang. Misalnya:
"Mau Kemana?"
"Mau ke Pak Bujang"
"Dari mana?"
"Dari warung Pak Bujang"
dsb.
Sampai sekarang untuk menghormati Fu Jan, masyarakat Tionghoa setempat menyebut desa Sungai Duri dengan Pak Bu Jan.
Kini, desa yang dibuka oleh Fu Jan telah menjadi desa yang cantik, bersih, sejuk, nyaman dan memiliki perangkat pemerintahan yang lengkap. Sarana sekolah, sarana transportasi dan jalan, sarana olahraga, sarana ibadah, puskesmas tersedia untuk melayani masyarakat setempat. Desa seluas 32.000 Ha ini kini dihuni oleh 8.473 penduduk dari berbagai suku (Tionghoa, Dayak, Melayu, Madura) dengan suasana yang harmonis.
Sungai Duri yang berjarak 91km dari Pontianak (ibukota provinsi Kalimantan Barat) inijuga adalah ibukota kecamatan Sungai Raya, dibawah Kabupaten Bengkayang.
Sumber: Info Kalimantan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar